Lifetime Achievement Award: Dr. Melani W. SetiawanDr Melani W. Setiawan adalah sosok pecinta seni yang tulus mendampingi seniman selama lima dekade. Hubungan beliau dengan dunia seni rupa bukan sebatas hubungan bisnis seni (sebagai kolektor atau promoter seni) semata, tetapi beliau sangat mencintai komunitas seniman Indonesia. Beliau juga banyak mendedikasikan waktunya mendampingi kiprah para seniman perupa Indonesia, baik di tingkat nasional hingga ke mancanegara. Banyak diantaranya dilakukan secara mandiri tanpa harus merepotkan pihak seniman maupun lembaga lainnya.
Secara formal, Ibu Melani terlibat dalam berbagai institusi yang mendukung seni rupa Indonesia, antara lain aktif menulis tentang kiprah perupa Indonesia di perhelatan seni rupa internasional di majalah Visual Arts dari tahun 2004-2012, menjadi anggota dewan di Video Insight® Foundation, Turin (2012- sekarang), dan Singapore Art Museum (2014-2018), serta menjadi salah satu pendiri One-Piece Club Indonesia (2019-sekarang). Beliau juga menjadi salah satu komisaris Paviliun Indonesia di Venice Biennale 2017. Beliau aktif berjejaring dalam medan sosial seni rupa internasional, dan telah menumbuhkembangkan jalinan jejaring komunitas seni rupa di luar Jawa, termasuk Sumatera Barat, Makassar, Gorontalo, dan Riau. Latar belakang Ibu Melani adalah seorang dokter ultrasonografi, meski dalam ekosistem seni rupa kita beliau lebih dikenal sebagai "ibu para perupa Indonesia". Jejak kecintaan beliau terhadap dunia seni rupa Indonesia terdokumentasikan dalam ribuan foto yang dikumpulkannya sejak tahun 1970, berupa foto-foto bersama seniman dan aktivitas seni rupa yang bermacam-macam, seperti pameran, kunjungan studio seniman, dan pertemuan seniman di berbagai kota dan negara. Dengan penuh hormat dan kebanggan, Nandur Srawung ke delapan, Ecosystem: Pranatamangsa, memberikan penghargaan Lifetime Achievement Award kepada ibu Dr. Melani Setiawan yang telah memberikan segenap perhatian dan kecintaannya terhadap dunia seni rupa Indonesia. Semoga penghargaan ini dapat memberikan inspirasi untuk kita semua. Terima kasih Ibu Melani Setiawan, telah berkenan menerima penghargaan ini. |
Young Rising Artist Award : Dyah RetnoYoung Rising Artist merupakan program penghargaan yang dirancang oleh Nandur Srawung mulai tahun 2019 oleh formasi tim kurator yang terdiri dari Arsita Pinandita (Kaprodi DKV IT Telkom Purwokerto dan seorang desainer grafis), Bayu Widodo (seniman dan pendiri Survive! Garage), Irene Agrivine (seniman, desainer dan pendiri HONF Foundation), Rain Rosidi (dosen dan kurator), dan Sudjud Dartanto (dosen dan kurator). Young Rising Artist (YRA) dibentuk sebagai bentuk apresiasi bagi seniman muda yang dianggap memiliki potensi dalam karir keseniannya. Kategori seniman muda yang dimaksud adalah seniman partisipan yang lolos seleksi program panggilan terbuka dan berusia 35 tahun ke bawah. Penilaian ini juga didasarkan pada curriculum vitae seniman, portofolio, dan karya yang diajukan. Pada Nandur Srawung ke-8 ini, tim kurator memberikan penghargaan ini kepada seorang seniman muda yang tidak kenal lelah dalam mengembangkan diri. Perupa ini dinilai mampu mengembangkan dirinya melalui penjelajahan literasi dan pengetahuan seni baik formal maupun informal.
Bagi perempuan kelahiran Medan 27 tahun yang lalu ini, keramik bukan hanya sebatas material, tetapi juga sebagai bahasa ungkap untuk gagasan-gagasan artistik dan kreatifnya. Gagasan-gagasan seninya melampaui keterbatasan material. Bagi Dyah, seni keramik masih sangat luas untuk dijelajahi dan mampu bersanding dengan karya dengan material apapun dalam wilayah seni rupa kontemporer. Karya-karya seni keramiknya juga pernah mendapat penghargaan dari ISI Yogyakarta dan pernah dipamerkan di berbagai perhelatan seni termasuk di galeri nasional Indonesia. Karya-karyanya tidak saja mendapat perhatian di tanah air, tetapi juga sempat memperoleh nominasi di International Ceramic Biennale di Korea Selatan. Dyah Retno adalah seorang seniman muda, keramikus yang aktif melakukan penelitian dalam material karyanya. Ia juga telah melakukan eksperimentasi serta kajian mendalam tentang tanah limbah sebagai material karyanya. Ia memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai benda-benda alam; dalam konteks ini tanah, kemudian mewujudkannya di dalam karyanya. Salah satu karyanya bertajuk “Lump”, yang sedang dipamerkan di Nandur Srawung merepresentasikan caranya melihat bentuk-bentuk artistik di tubuh dan alam selama masa pandemi. Karya berjudul Lump adalah satu seri objek berbahan keramik dan dipajang berjejer di dinding. Pada Nandur Srawung 8 Ecosystem: Pranatamangsa ini, Lump mencuri perhatian tim kurator, bukan hanya karena pilihan material dan teknik keramiknya yang purna. Hal ini juga diimbanginya dengan menghadirkan tema yang kuat; yaitu eksplorasinya terhadap bentuk-bentuk organik yang mencitrakan kehidupan. Dengan bangga kami memberikan penghargaan Young Rising Artist Nandur Srawung kedelapan, untuk: Dyah Retno Fitriani. |
Nandur Srawung #8 Ecosystem:pranatamangsa
10 - 19 September 2021 Taman Budaya Yogyakarta Jalan Sriwedani no.1, Yogyakarta |