Adhik Kristiantoro |
Tanda Tanya Tanda Seru
acrylic on canvas 140 x 200 cm 2022 |
Konsep:
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan beragam kelengkapan insting. Berlindung dan bernaung menjadi secuil proses panjang yang tiada henti tuk terus dipelajari. Di zaman purba, teritori hunian sekaligus menjelma titik temu antar keluarga, rasa hangat, imajinasi, karya seni, hasil buruan, bahkan nuansa rawan akan perebutan wilayah.
Seiring berjalannya waktu, pola-pola tersebut masih tetap terjaga walau berbeda nuansa. Kini pun rumah sama halnya dengan taman bermain; penuh hasrat, kemesraan, perseteruan, kegelisahan, imajinasi, semangat, dan banyak hal lainnya; semua bisa berawal dari rumah. Segudang khayalan lahir di sana hingga terjadi ataupun hilang entah kemana. Pada akhirnya, kemampuan manusia untuk terus tegar bernaung dan menghargai perjalanan hidupnya itulah yang menjadi kunci dari cita-cita.
Awal adalah akhir, dan akhir adalah awal. Kontemplasi besar saat kita mau melihat lebih dalam tentang arti makna dari rumah. Dari rumahlah kita memulainya, mengumpulkan tiap temuan di jalan, pulang dan merangkai, mengisi tenaga, berjalan lagi, terus dan terus. Hingga pada saatnya semua usaha menjadi bentuk, karya-karya yang tiada duanya, memenuhi setiap sudut ruang. Di saat itulah kita sadar, bahwasanya karya-karya itu menubuh, menjadi satu dengan definisi rumah. Sedari imajinasi lalu menjadi harta yang harus selalu dirawat, dilindungi, dihargai, hingga dapat menghidupi seisi rumah. “Melihat Lebih Dalam” tak ubahnya proses Barbaradoz berkeluarga dan berkesenian. Impian-impian besar yang memang tak selalu mudah tuk diwujudkan. Namun itulah kehidupan. Tinggal bagaimana kita bisa memaknai banyak hal yang sudah kita buat, serta tetap terus menghargainya sebagai satu kesatuan wadah bernaung. Di setiap titik akhir, itulah awalan.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan beragam kelengkapan insting. Berlindung dan bernaung menjadi secuil proses panjang yang tiada henti tuk terus dipelajari. Di zaman purba, teritori hunian sekaligus menjelma titik temu antar keluarga, rasa hangat, imajinasi, karya seni, hasil buruan, bahkan nuansa rawan akan perebutan wilayah.
Seiring berjalannya waktu, pola-pola tersebut masih tetap terjaga walau berbeda nuansa. Kini pun rumah sama halnya dengan taman bermain; penuh hasrat, kemesraan, perseteruan, kegelisahan, imajinasi, semangat, dan banyak hal lainnya; semua bisa berawal dari rumah. Segudang khayalan lahir di sana hingga terjadi ataupun hilang entah kemana. Pada akhirnya, kemampuan manusia untuk terus tegar bernaung dan menghargai perjalanan hidupnya itulah yang menjadi kunci dari cita-cita.
Awal adalah akhir, dan akhir adalah awal. Kontemplasi besar saat kita mau melihat lebih dalam tentang arti makna dari rumah. Dari rumahlah kita memulainya, mengumpulkan tiap temuan di jalan, pulang dan merangkai, mengisi tenaga, berjalan lagi, terus dan terus. Hingga pada saatnya semua usaha menjadi bentuk, karya-karya yang tiada duanya, memenuhi setiap sudut ruang. Di saat itulah kita sadar, bahwasanya karya-karya itu menubuh, menjadi satu dengan definisi rumah. Sedari imajinasi lalu menjadi harta yang harus selalu dirawat, dilindungi, dihargai, hingga dapat menghidupi seisi rumah. “Melihat Lebih Dalam” tak ubahnya proses Barbaradoz berkeluarga dan berkesenian. Impian-impian besar yang memang tak selalu mudah tuk diwujudkan. Namun itulah kehidupan. Tinggal bagaimana kita bisa memaknai banyak hal yang sudah kita buat, serta tetap terus menghargainya sebagai satu kesatuan wadah bernaung. Di setiap titik akhir, itulah awalan.