AKHMAD IRFAN
Lara Yang Nyala
pencil on wooden board 60 x 40 cm 2021 Konsep: Mata, mengapa duka? Tubuhmu penuh warna. Namun yang menyala mengapa lara? Hati bukan lagi raka Melainkan sudah binasa rasanya, juga tiada. Pada karya berjudul “Lara yang Nyala” penulis menampilkan objek perempuan sebagai subjek dalam karya visual imajinatif. Bagi penulis perempuan memiliki self power kemampuan untuk mengontrol atau mengatur emosional atas dirinya. Sosok perempuan yang sedang memegang bunga mawar dengan ekspresi yang sedih mempunyai makna simbolis “Mata, mengapa duka? Tubuhmu penuh warna.” Bahwa ia mengalami kesedihan akan perasaan patah hati terhadap pasangannya. Disimbolkan dengan visual bunga mawar yang layu. “Namun yang menyala mengapa lara? Hati bukan lagi raka. Melainkan sudah binasa.” Mempunyai makna simbolis tentang patah hati, seseorang yang mengalami patah hati pasti mengalami rasa sakit yang berkeping-keping, hal tersebut dimanifestasikan dalam bentuk kepulan asap yang muncul dari dada (letak hati) menyimbolkan kondisi hati yang sudah binasa, hancur melalui ledakan yang dahsyat sehingga menimbulkan asap. Hal tersebut menjadi poin utama dalam penciptaan karya visual imajinatif ini, dengan metode pendekatan surealisme bahasa visual yang dipakai cenderung lebih simbolis. |
Redup
pencil on wooden board 50 x 40 cm 2021 Konsep: REDUP Bicara toleransi tak perlu antaragama Kita sekarat antarsuku satu agama Aku berlinang, kamu berlinang Demi bakti kepada induk Meredupkan sebuah lunar di dada Raga mulai disekap hening Sesekali tertawa untuk melihat remang pagi. Kolotnya ibu meregang nyawa cinta yang dirawat dengan doa. Kita tak perlu lari tunggang-langgang Biar Tuhan yang bekerja. Tanpa kita mengatur-Nya. Pada karya puisi berjudul “Redup” diinterpretasikan sebagai hubungan kekasih beda suku. “Aku berlinang, kamu berlinang. Demi bakti kepada induk meredupkan sebuah lunar di dada” yang bermakna simbolis bahwa keduanya tidak kuasa menahan kesedihan. Stereotip tentang hubungan beda suku apalagi sampai ke jenjang pernikahan, membuat seseorang sering berpikir ulang sebelum menuju ke sana. Pernikahan tidak hanya melibatkan dua orang, namun juga dua keluarga dari masing-masing pasangan. Sehingga seringkali terjadi pernikahan batal. Meskipun demikian, tak sedikit juga yang masih melangsungkan pernikahan beda suku. Figur laki-laki yang sedang memeluk kekosongan mempunyai makna simbolis “Raga mulai disekap hening” bahwa seseorang saat memilih untuk tidak lagi bersatu dengan pasangannya pasti akan mengalami fase kekosongan dalam hidupnya. Namun, bayang-bayang sosoknya masih melekat dalam ingatannya. Penggambaran meja makan dapat direpresentasikan sebagai kehidupan berumah tangga. Meja makan merupakan arena pertemuan yang mengungkap banyak hal, mulai dari persahabatan, kejujuran, kebohongan, jati diri dan cinta. |