NANDUR SRAWUNG #9
  • HOME
  • CURATORIAL
  • NANDUR GAWE
  • EXHIBITION
  • SRAWUNG SINAU - NS9
    • Hardiwan Prayoga
    • Jasmine Haliza
    • Nafa Arinda
    • Pandu Paneges
    • Shalihah Ramadhanita
  • AWARD
    • LIFETIME ACHIEVEMENT
    • YOUNG RISING ARTIST
  • ABOUT

PANDU PANEGES

Picture

Topik Riset: Nandur Srawung dari Masa ke Masa​

PROFIL PERISET

Saya/Aku/Pandu Paneges— hanya seorang lelaki biasa yang acap diterpa kegelisahan. Lahir di Kediri, 26 tahun silam, sedang mengalami hidup dan memaknai ulang arti kelahiran sebagai manusia di NgaYogyakarta hadiningrat. Menyenangi dan mendambakan menjadi manusia kosmopolit yang tahan banting, paham, mengerti, dan menghayati secara sadar ruang laku hidup dan kesementaraan waktu. Memiliki motto hidup; “teros mlaku, lan tansah lelaku”. 

​

Tulisan 1: Nandur Srawung: Sebuah Selayang Pandang​

Abstrak
​
Sebagai sebuah medium seni rupa yang berbentuk event pameran, Nandur Srawung hadir untuk menciptakan sebuah ekosistem seni yang lebih inklusif-egaliter, dengan memasuki ruang-ruang tak tersentuh oleh eksklusifitas dunia seni rupa Yogyakarta—yang menurut anggapan sebagian penikmat serta pengkaji seni, hanya boleh diisi dan dimeriahkan oleh para seniman yang memiliki nama besar serta popularitas saja. Sebagai sebuah medium seni yang inklusif dan egaliter, Nandur Srawung bersama dengan Dinas Kebudayaan Yogyakarta hadir; merangkul, mengajak, dan memberikan ruang   kepada para seniman tanpa terkecuali, untuk turut serta melakukan kerja-kerja seni dan budaya secara individu maupun kolektif—guna menciptakan sebuah keseimbangan ruang pada ekosistem seni rupa di Yogyakarta. Ruang kolektif yang diinisiasi oleh Suharyanto (Yamiek) pada tahun 2014 ini, berhasil menjaring banyak seniman—dengan serta mengajak pula limabelas kurator dari berbagai macam genre seni rupa untuk turut mendialogkan langkah strategis perjalanan Nandur Srawung selanjutnya. Tulisan ini akan berisikan pemaparan panjang mengenai beberapa fakta historis terkait dengan kelahiran awal Nandur Srawung, beserta dinamika yang dihadapinya dalam rentan waktu lima tahun kebelakang—dengan melihat kembali tema-tema yang berkembang pada tahun-tahun tersebut. Pembacaan tersebut akan menggunakan pendekatan hermeneutik-historis agar penulis dapat mengetahui secara mendalam konteks sejarah kelahiran dan implikasi yang dimunculkan Nandur Srawung dalam kancah panggung seni rupa Yogyakarta—yang sampai hari ini, mempunyai andil cukup besar di dalam membentuk identitas dan sikap hidup tradisional-kosmopolit seniman rupa di tengah gempuran hebat globalisasi zaman. Selamat membaca!
​
Kata Kunci: Nandur Srawung, Seni Rupa Yogyakarta, Ruang Seni, Inklusif, Egaliter

UNDUH 1

Tulisan 2: Nandur Srawung #9 Matrix // Mayapada:
“Sebuah Upaya Mere-Enkripsi Ingatan, Menubuhkan Kesadaran”

Banyak yang salah kaprah mengira—dengan berakhirnya pandemi COVID-19, maka juga akan berakhir pula penderitaan yang sudah kita alami selama kurang dua tahun terakhir ini. Pandangan yang demikian itu, sudah barang tentu akan menemukan kondisi kontrafaktual jika dihadapkan dengan fakta mencengangkan wajah kebudayaan kita—yang dewasa ini, justru mengarahkan perubahannya pada arus muara disrupsi dan dekadensi. Bagaimana tidak, alih-alih membawa kabar menyenangkan— pasca   berakhirnya pandemi, justru malah meninggalkan pekerjaan rumah yang berat bagi peradaban umat manusia. Adalah kenyataan yang tidak dapat lagi terelakkan, bahwa hari ini, kita sedang dihadapkan dengan banyak perubahan besar, yang sudah dan mungkin akan segera terjadi dalam hampir setiap lini kehidupan. Perubahan paling besar dan kentara itu, salah satunya terjadi pada aspek “teknologi dan informasi” dalam kehidupan manusia—yang menurut Yuval Noah Harari, keberadaannya digadang setara, sekaligus diproyeksikan mampu menggantikan peran tuhan dan agama di dalam hal memahami selera serta kebutuhan manusia, daripada manusia itu sendiri. Sebuah konsekuensi logis atas situasi tersebut, adalah dimungkinannya lahir sebuah realitas baru bernama “simulakra”, yang bagi Baudrillard—realitas yang muncul darinya tersebut, seolah akan terlihat lebih nyata daripada realitas sesungguhnya. “Matrix Mayapada” yang diangkat sebagai tema besar Nandur Srawung tahun ini, sejauh pembacaan penulis, merupakan sebentuk upaya untuk membaca gejala-gejala tersebut di atas. Matrix, merupakan sebuah metode sederhana untuk mengumpulkan data, mere-enkripsi ingatan-ingatan, serta merekatkan kembali bangun filosofis yang selama ini turut membentuk nilai esensial yang menubuh, dalam praktik laku hidup kemanusiaan kita. Sementara Mayapada, jika ditarik lebih jauh pada konsep kosmologi Jawa, merupakan sebuah tawaran untuk memahami ulang realitas dalam Jagad Gede (semesta) yang terhubung langsung secara integral dengan Jagad Cilik (manusia)—untuk menubuhkan kesadaran Tridaya (cipta, rasa, karsa) pada diri manusia dalam konteks relasinya dengan alam, manusia, dan tuhan secara holistik di tengah realitas kompleks dewasa ini. Tulisan ini akan menyoroti konsep Matrix dan Mayapada secara mendalam dengan menggunakan pendekatan filosofis agar dapat mengetahui sekaligus mengungkapkan makna dibalik kedua konsep besar yang diangkat tersebut. Matrix Mayapada dalam tema besar yang diangkat Nandur Srawung tahun ini, pada akhirnya adalah semacam laboratorium yang siap membantu kita untuk menguji tesis-tesis paradoks zaman yang ada. 
 Kata Kunci: Matrix, Mayapada, Tridaya, Ingatan, Kesadaran 

UNDUH 2

Nandur Srawung

Annual visual arts exhibition
​

Taman Budaya Yogyakarta
Sriwedani st. no.1,
Yogyakarta, Indonesia​
Powered by Create your own unique website with customizable templates.
  • HOME
  • CURATORIAL
  • NANDUR GAWE
  • EXHIBITION
  • SRAWUNG SINAU - NS9
    • Hardiwan Prayoga
    • Jasmine Haliza
    • Nafa Arinda
    • Pandu Paneges
    • Shalihah Ramadhanita
  • AWARD
    • LIFETIME ACHIEVEMENT
    • YOUNG RISING ARTIST
  • ABOUT