RIDHO SCOOT
Up And Down(Kaba) #2
acrylic, fiber resin, brass water faucet, acrylic sheet on canvas D 100cm 2022 Konsep:
“Dek talampau banyak mancaliak, sampai lupo mandanga” ( Terlalu sering melihat hingga lupa mendengar. ) Begitulah sekiranya kalimat teguran yang di sampaikan oleh seorang guru kepada saya ketika saya beranjak remaja sekitar 14 tahun dahulu. Sekilas kalimat di atas terbesit kembali di pikiran saya. Pada kondisi jaman sekarang, semua interaksi sangat mudah di nikmati dengan bantuan teknologi media sosial, memuat semua informasi yang disuguhkan terus menerus secara bergantian. Pada karya ini saya menghadirkan pemahaman terhadap kondisi zaman saat sekarang ini bahwasanya terlalu banyak hal yang bisa disenangi secara cepat hingga bisa membuat lupa betapa pentingnya untuk memahami terlebih dahulu apa yang di hidangkan oleh arus teknologi media sosial saat sekarang ini |
Akal Tidak Benar-benar Sakit #2
Fiber Resin and acryli D 100 Ketebalan 20 cm 2022. Konsep:
Manusia merupakan makluk sempurna yang diciptakan Tuhan dari makhluk lainnya di atas bumi. Akal dan pikiran menjadi kelebihan utama yang dimiliki manusia, pada karya ini saya merepresentasikan hasil perenungan mengenai situasi dan kondisi yang dialami manusia saat ini, krisis dari semua lini dan aspek kehidupan membuat manusia harus berjuang lebih keras lagi dari kehidupan sebelumnya. Benar, kita semua mengalami krisis kehidupan yang salah satunya disebabkan oleh pandemi yang melanda hampir seluruh belahan dunia. Tidak berhenti di sini saja, lingkungan manusia saat ini juga mengalami lonjakan berbagai penyakit mental yang berdampak pada pergeseran nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan kita saat sekarang. Karya ini hadir dari perenungan yang medalam tak kunjung usai mengenai makna hidup, nilai dan tujuan hidup manusia itu sendiri. Pada hakikatnya, manusia hidup untuk terus berpikir ,bertindak, menerima dan berjuang memenuhi semua bentuk keinginannya. Apapun bentuk kondisi yang manusia itu alami, pun harus melawan batas-batas kemampuan dan akal sehat diri manusia itu sendiri, hidup ini harus terus berlansung hingga bertemu dengan kehidupan lain. “Semua tampak bertumpuk membentuk lapis berlapis, satu tetes air jatuh membentuk pola, gerak dan gemuruh membentuk nada lirih, aku hidup dalam akal yang tidak benar-benar sakit.” |